POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI APOTEK "X" KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD SULAWESI UTARA

Maria Sheila Setya Ningtyas

Abstract


Antibiotika merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi. Pemahaman masyarakat tentang penggunaan antibiotik masih lemah, sehingga antibiotik sering digunakan secara tidak sesuai atau tidak rasional. Hal tersebut menyebabkan kejadian resistensi antimikroba semakin meningkat secara signifikan. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik dengan menggunakan resep dan tanpa resep di salah satu apotek “X” yang berada di Kabupaten Kepulauan Talaud Provisinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif, dilakukan pada bulan Januari 2022 dengan mengambil data periode 01 Oktober sampai 31 Desember 2021.  Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase penggunaan antibiotik dengan resep dokter sebesar 66% sedangkan tanpa resep dokter sebesar 34%, hal tersebut tidak sesuai dengan regulasi yang ada dimana  penggunaan antibiotik harus berdasarkan dengan resep dokter. Persentase penggunaan tiga antibiotik terbanyak adalah Cefixime (41%), Amoxicillin (23%) dan Azitromicin (15%). Persentase antibiotik yang sering dibeli dengan menggunakan resep dokter yaitu Cefixime (55%) dan Azitromisin (21%) yang termasuk kategori watch serta antibiotik yang sering dibeli tanpa resep dokter yaitu Amoxicillin (57%) termasuk kategori access dilanjutkan dengan Cefixime (15%). Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat penggunaan antibiotika tanpa menggunakan resep dokter, maka dari itu pentingnya edukasi dan informasi seorang apoteker sebagai upaya pencegahan terjadinya resistensi antibiotik.


Keywords


Antibiotik; apotek; resep antibiotik

References


Fernandez, B.A.M., 2013. Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep diKabupaten Manggarai dan Manggarai Barat – NTT. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013).

Ding S. et al. (2013). Rationale for Antibiotic Prescriptions in the Hospital: An Evaluation of Its Application and Administration. Chinese Medical Record English Edition, March 2013, Vol. 1, No. 3 : Pages 88-91.

Brahma, Marak, et al. ( 2012). Rational Use of Drug and Irrational Drug Combination. The Internet Journal of Pharmacologi.Vol 10:1.

Departemen Kesehatan RI, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015. Program Peningkatan Resistensi Antibiotik Di Rumah Sakit.

Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., and Hiller, J., 2012. Knowledge and beliefs about antibiotiks among people in Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey. Antimicrobial Resistance and Infection Control. 1:38.

Llor, C and Cost, J.M., Spain, 2009. The Sale of Antibiotik without Prescription in Pharmacies in California. CID, 2009:48.

Permenkes RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 Tahun 2011 Pedoman Penggunaan Antibiotik. Permenkes RI.

World Health Day 2011: Policy briefs. Geneva, World Health Organization, 2011.

Permenkes RI. (2011). PERMENKES RI NO 2406/MENKES/PER/XII/2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Permenkes RI.

PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI. 2022. Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 4. ISBN: 978-623-99138-1-6

Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., and Hiller, J., 2011. Self Medication With Antibitotic In Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey. BMC Research Notes. 4:491.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Drug Thirty-Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Ihsan, S., Kartina, K., & Akib, N. I. (2016). Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Di Apotek Komunitas Kota Kendari. Media Farmasi, 13(2), 272–284.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik.Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.




DOI: https://doi.org/10.52447/scpij.v8i2.5671

Refbacks

  • There are currently no refbacks.